Rejang Lebong, (Radar Lembak) – Tidak masuknya 13 oknum guru SD N 166 Rejang Lebong pada hari pertama masuk kerja setelah usai libur sekolah ternyata ada alasan tersendiri. Selasa (10/1/2023).
Hal itu diungkapkan oleh Mustolih, S.Pd salah satu guru SD N 166, setelah piralnya berita yang diterbit oleh media Radarlembak.com Hari Pertama Masuk Sekolah Oknum Guru SD N 166 Rejang Lebong Kompak Tidak Masuk. Dirinya menjelaskan bahwa ia bersama guru lainnya bukan menambahkan hari libur melainkan ada alasannya mengapa mereka mogok mengajar.
Diceritakannya, 13 guru SD N 166 Rejang Lebong telah melayangkan surut kepada Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Rejang Lebong pada tanggal 24 Desember 2022, surat yang dikirim ke Dikbud tersebut tidak lain adalah bentuk protes para dewan guru yang mengajar di SD N 166 kepada kepala sekolah.
“Kami bukan menambah libur pada hari pertama masuk sekolah kemarin, saya bersama yang lainya datang ke PUT cuman sengaja tidak ke sekolah sebab kami dari 13 orang ini berkumpul di UPT Dikbud PUT,” kata Mustolih.
Selain itu, Mustolih, S.Pd yang dijumpai di Aula Tut Wuri Kecamatan PUT bersama 12 guru lainnya juga menanyakan prihal surat yang mereka layangkan di Dikbud, surat itu merupakan kritikan mereka terhadap kepala sekolah yang sudah ditandatangi 13 guru baik PNS maupun Honorer.
“Saya mewakili dari 12 orang guru ingin memberi kejelasan terkait surat yang kita kirimkan berapa pekan lalu, salah satunya adalah, kami dewan guru dan tenaga pendidik SD N 166 Rejang Lebong menyampaikan kepada kepala Dinas Dikbud Rejang Lebong bahwa kami keberatan dengan kepemimpinan kepala sekolah SD N 166 Rejang Lebong yang saat ini dipimpin oleh Zubaida, S, S.Pd. SD,” ucapnya.
Dengan tertutupnya saluran informasi ke SD N 166 Rejang Lebong, karena diduga kepala sekolah keluar dari komunitas KKKS.(Kelompok Kerja Kepala Sekolah) kecamatan PUT yang diduga menyebabkan terputusnya informasi.
“Terkait pembelajaran dan kegiatan kependidikan lainya ke SDN 166, hal ini mengakibatkan guru tidak dapat berkolaborasi dalam mengikuti kegiatan komunikasi untuk meningkatkan kinerja. Serta tidak memiliki sikap kepemimpinan yang mengayomi guru, contohnya pada tanggal 8 September 2022 diduga kepala sekolah Zubaida mengancam akan memindahkan 3 orang guru ke sekolah lain dengan alasan yang tidak jelas,” terangnya.
Saat memberi klarifikasi tersebut, mereka 13 oknum guru memberi ultimatum, dimana jika sampai awal semester genap tahun pelajaran 2022/2023 kepala sekolah tidak diganti, maka dewan guru dan tenaga kependidikan SD N 166 yang berjumlah 13 orang menyatakan istirahat dari kegiatan pembelajaran di SD N 166, sampai adanya kepsek baru, pungkas Mustolih.
Setelah mogok satu hari, Mustolih bersama 13 orang guru kembali masuk ke sekolah untuk memberi pelajaran sebagai mana mestinya terhadap anak-anak peserta didik.
“Kami berharap agar pihak Dikbud segera menyelesaikan permasalahan ini, karena kita kasihan melihat anak-anak di sekolah,” harapnya. (Mawid)